Saturday, June 8, 2013

PEMUKULAN PRAMUGARI OLEH PEJABAT - BUKTI KURANGNYA PENGHARGAAN PADA PRAMUGARI?

Pada Rabu (5/6) lalu sebuah insiden pemukulan terhadap seorang pramugari dari penerbangan maskapai Sriwajaya Bandara Soetta - Pangkalpinang. Pemukulan itu dilakukan oleh kepala BKPMD Babel, Zakaria Umarhadi yang merasa kesal karena ditegur oleh sang pramugari yang mengingatkannya agar mematikan ponselnya.

  "Saya itu Raja!"
'SAYA ITU RAJA' - Raja pelanggar peraturan?
      Begitulah alasan Zakaria, yang menurutnya dapat membenarkan perbuatan tidak terpujinya itu. Ia menolak teguran Febriani, san pramugari yang sebenarnya bermaksud baik menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi bukannya didengar, Zakaria malah terpancing emosi dan memukul Febriani dengan gulungan koran sehingga melukai Febriani. Akibatnya berbuntut panjang. Febriani yang tidak menerima penganiayaan itu melaporkan sang pejabat ke polisi. Resmi sejak 7 juni kemarin, Zakaria ditetapkan sebaai tersangka oleh pihak kepolisisan dan terancam hukuman penjara selama 2 tahun 8 bulan dengan alasan pelanggaran terhadap peraturan penerbangan dan penganiayaan fisik.

Moral dari cerita : Kalau gak mau masuk bui jangan main HP di pesawat!
      Zakaria mencoba mengelak dari tuntutan tersebut, lewat pengacaranya ia berdalih sedang dalam kondisi labil karena istrinya sedang sakit. Memang ada-ada saja sih, masa istri sakit jadi orang boleh seenaknya nelpon di pesawat. Padahal kita semua tahu menyalakan ponsel dalam pesawat bisa mengganggu sinyal komunikasi dan navigasi pesawat yang bisa berakhir dengan jatuhnya pesawat. Tindakan Zakaria justru menempatkan penumpang lain dalam bahaya. Tapi saya rasa memang itu sudah jadi tipikal pejabat zaman sekarang, 'pokoknya apa saja yang saya perbuat tak boleh dibantah, saya harus dihormati karena anda semua cuma kumpulan orang tak penting!' Hahhh... enaknya jadi pejabat...

Tidak adanya rasa menghargai

Maksud baik tidak selalu menabur kebaikan, maksud hati mengingatkan malah dipukul pakai koran :(

      Di satu sisi selain menunjukkan betapa masih kurangnya kesadaran penumpang terhadap peraturan penerbangan, hal ini juga menunjukkan rendahnya penghargaan terhadap profesi pramugari.

   Hal ini tercermin dari kata-kata Zakaria, bahwa 'penumpang adalah raja'. Pramugari memang sering kali dipandang tidak lebih dari sekumpulan pelayan di pesawat dan dianggap sebagai warga kelas 2 yang kedudukannya rendahan dan tidak penting. Padahal sama sekali tidak demikian. Pramugari berusaha membuat kita dapat menikmati penerbangan kita senyaman dan seaman mungkin. Bayangkan saja sebuah maskapai penerbangan tanpa pramugari, pasti yang ada adalah penerbangan yang tidak nyaman dimana kita sulit untuk memfasilitasi diri kita sendiri dan juga tidak ada yang memberikan penjelasan mengenai tata cara penerbangan atau apa yang harus kita lakukan saat kondisi darurat.

      lndonesia jelas kurang memberi apresiasi terhadap profesi ini. Di Amerika, profesi ini lebih diberikan penghormatan baik oleh penumpang maupun maskapai. Pramugari/pramugara pesawat juga diberikan sejumlah perlindungan untuk menjaga mereka dari penumpang yang beringas atau tidak bertanggung jawab. Mereka juga diberikan perlindungan hukum yang tercantum jelas dalam UU di Amerika. Penumpang sendiri dapat membaca hal tersebut di kertas-kertas yang dicantumkan di belakang bangku pesawat, sehingga mereka sudah tahu konsekuensi dari perbuatan buruk mereka terhadap pramugari/pramugara.

      Peristiwa ini selayaknya dijadikan pembelajaran buat kita, bukan saja untuk mematuhi peraturan teknis pesawat terbang, tapi juga menghargai profesi dari setiap orang baik itu pramugari maupun profesi lainnya. Tanpa dedikasi tulus mereka untuk membantu kita, pasti kita sendiri yang harus kerepotan dan merasakan ketidaknyamanan.  

'Bila anda ingin dihargai mulailah dengan menghargi orang lain terlebih dulu!'

No comments: