SOLID
PERTEMANAN; BANYAK YANG SEMU, SEDIKIT YANG TULUS |
"Lu ikut kita hari ini kan Ton?", pertanyaan Lisa itu sontak mengagetkan Antony yang sedang melamun sendiri di dalam kelas. "Eh, oh i..iya, Lis. Nanti tapi gue mungkin agak telat. Hari ini gue ada tugas kelompok dulu bareng Aryo ama Rani.", jawab Antony. "Yah, jangan telat deh kalo bisa dong, ah gak seru nih.", balas Lisa dengan setengah memelas. "Aduh sori Lis, gua cuma bentar aja kok nanti." "Ahhh! Gak mau tahu pokoknya jam 5 nanti. Dah, Tony!" Antony cuma bisa menghela nafas terhadap kelakuan Lisa tersebut.
Antony sebenarnya tidak begitu tertarik dengan ajakan Lisa untuk pergi ke mall sore itu, tapi ia tidak bisa menolak juga. Semenjak masuk ke kelas baru, Antony memang jadi cukup akrab dengan Lisa dan kawan-kawannya, bahkan "direkrut" menjadi anggota gank mereka. Mulanya Antony mulai sering bergaul dengan Lisa semenjak ia meminjamkan PR nya kepada gadis itu. Lisa memang sering tidak mengerjakan PR nya, berbeda dengan Antony yang selalu menyelesaikan tugas tepat waktu. Sejak itu Lisa mulai sering meminjam PR pada Antony, dan lama-lama mulai sering mengajak ngobrol atau mengajak Antony untuk makan bersama di kantin. Biarpun Antony sebenarnya tahu kalau mereka bukan anak "baik-baik" seperti dirinya, namun ia memang ingin bisa berteman dan berkawan dengan orang lain.
"Yo, Ran, sori hari ini gue gak bisa ikut tugas kelompok bareng lu pada." "Hah, kenapa Ton?" tanya Rani. "Nanti sore gue diajak jalan bareng sama Lisa. Gue tadi udah bilang ada kerja kelompok dulu tapi dianya gak mau dengerin. Sori banget, besok gue pasti ikut deh." "Ton, kalo lu gak ikut kerja kelompok sih gak masalah, tapi ada yang musti gue kasitau ke lu." "Kenapa, Yo?" Mendadak muka Aryo berubah serius. "Soal Lisa sama temen-temennya, mendingan lu jangan terlalu ikutin mereka Ton. Jujur aja dari semenjak kita mulai di kelas itu anak kelakuannya udah gak beres." "Yaelah, Yo gue mah gak bakal niruin kelakuan dia yang jelek juga kali. Lagipula..." "Ton, gue tahu lu emang akrab sama dia, tapi gimana ya, dia itu bener-bener anggap lu temen atau cuma minta lu ngerjain PR dia doang?" "Yo, jangan ngomong gitu soal Lisa. Gue tahu dia itu anaknya emang sering males. Tapi dia itu temen kita, dan dia juga anggep gue sahabatnya. Justru kita mendingan bantuin biar dia bisa berubah kelakuannya, itu makanya gue tetap berteman sama dia. Biar dia suatu hari berubah!", balas Toni untuk membela Lisa.
"Yaudah, udah gak usah berantem juga lu berdua. Aryo itu maksudnya baik buat ingetin lu, Ton. Tapi jangan lu juga jangan terlalu berprasangka juga, Yo.", ucap Rani untuk mendinginkan suasana yang mulai panas. "Yo, kalau ini masalah tugas kelompok, entar gue beresin sendiri deh kalau lu gak terima. Tapi tolong jangan ngomongin Lisa kayak gitu lagi." Aryo akhirnya memutuskan untuk membiarkan Antony, "Yaudah terserahlah lu, deh Ton. Gue cuma ingetin lu aja. Kalau mau dateng besok gak apa-apa" Antony pun berlalu meninggalkan mereka. "Ran, lu aturan ngomong juga ke Tony. Kita kan udah sepakat ngasih tahu dia!" "Gue juga gak enak kalau ngomong langsung ke dia kayak tadi. Kita juga aturan gak langsung ngasih tahu dia secara frontal gitu, Yo." "Mungkin emang cara gue salah, tapi kita gak bisa biarin dia juga kali, Ran.", jawab Aryo. Rani sesaat terdiam, ia juga sebenarnya juga merasa kalau Antony cuma menjadi bulan-bulanan Lisa. "Antony tadi bilang kalau Lisa bisa berubah..., tapi kadang-kadang ada beberapa orang yang gak akan pernah bisa dirubah.", tegas Aryo sambil melihat lewat jendela saat Antony menemui Lisa.
Sesampainya di depan sekolah, Antony dan Lisa menjumpai teman-temannya yang lain yakni Ariana dan Josua. "Hehe, ikut juga lu Ton. Bagus-bagus bro.", kata Josua sambil menepuk punggung Antony. "Ahaha, iya nih. Lu juga ikut, Rin. Eh si Heru gak ikut?" Muka Lisa mendadak nampak kesal ketika mendengar nama itu disebut. "Kagak katanya ada urusan dia tahu mau ngapain.", jawab Ariana. Mereka berempat kemudian menaiki angkot menuju mall yang hendak dituju. Sesampainya disana mereka memutuskan untuk masuk ke sebuah kafe.
"Pada pesan duluan aja lu pada, gue nanti dulu!", ucap Lisa. "Hm, gue pesan capuchino aja deh, pesan apaan lu Ton?", tanya Josua. "Gue pesan kopi aja lah." "Yaelah Ton, kopi mulu lu mah, pesan yang sekali-kali kenapa." Antony hanya tersenyum mendengarnya. "Rin, lu mau apaan?" "Gue sama kayak lu aja deh, capuchino satu." Keempat remaja itu lalu mengobrol sambil menikmati pesanan mereka. Sesekali mereka tertawa, Antony hanya sesekali bicara dan biasanya hanya ikut tertawa saja. "Eh, lu pada tahu gak sih si Heru kan katanya lagi dekat ama Mira, anak kelas IPA 2. Makanya dia sekarang mulai jarang ikut kita-kita, biasa mau PDKT.", kata Ariana sambil tertawa kecil. "Hah?! Yaelah tuh bocah satu. Kayak bisa dapetin aja si Mira, hahaha!" Antony terdiam melihat perilaku teman-temannya itu. Padahal selama ini ia selalu melihat Heru, Ariana, Lisa, dan Joshua begitu akrab satu sama lain. Diantara teman-teman sekelasnya mereka berempat juga selalu menggembar - gemborkan kesolidan mereka.
"Eh, kok lu pada ngomong begitu sih soal Heru. Dia kan...", belum selesai bicara omongan Antony mendadak dipotong oleh Lisa. "Ton, denger ya, orang kayak Heru itu gak usah dibela lagi deh mendingan. Dia udah gak sejalan ama kita, so what? Orang kayak gitu yah tinggalin aja." Jawaban Lisa itu mengejutkan Antony. "Lis, parah banget lu. Biarpun harus solid bukan berarti juga si Heru harus selalu ikutin kemauan lu pada juga. Dia juga kan punya hak nentuin apa yang dia mau. Lu gak boleh gitu dong." "Eh?! Lu kok malah belain dia sih?! Lu juga mau ninggalin kita, hah?! Fine!" "Bukan begitu Lis, tapi kan..." Lisa memandang tajam Antony dan berkata, "Teman itu harus selalu solid, Ton. Keinginan dan kemauan mereka harus sama. Kalo gak mereka itu pengkhianat. Itu namanya solid." Ariana dan Josua mengangguk tanda menyetujui ucapan Lisa. Pada akhirnya Antony kalah berdebat dan cuma bisa diam mendengar "ceramah" Lisa soal sahabat dan solidaritas semu yang ia yakini sebagai apa yang betul.
Dalam hati kecilnya Antony ingin berontak tidak ia sangka semua kata-kata Lisa dan kawan-kawan soal "sahabat" selama ini cuma dilandasi oleh keegoisan dan kepicikan hati Lisa. Ia juga tidak menyangka Ariana dan Josua dengan gamblangnya menyetujui ucapan menyakitkan Lisa itu. Tidakkah mereka sadar hal itu berarti suatu hari Lisa mungkin juga akan membuang mereka dan mencari "sahabat" baru. Antony jadi teringat kata-kata Aryo di sekolah. "Jadi ini yang lu maksud, Yo? Hah gue emang bodoh selama ini...", pikir Antony dalam hatinya. Tidak berselang lama, Antony mengatakan kalau ia ingin pergi ke toilet. Tapi sebenarnya ada hal lain dalam pikirannya selain cuma sekedar buang air kecil Ia juga tahu saat meninggalkan meja, Ariana berbisik kepada Lisa dan Josua yang dilanjutkan dengan tawa cekikikan keempat remaja itu. Tanpa perlu diberi tahu Antony langsung mengerti kalau yang tengah menjadi bahan cemoohan mereka adalah dirinya.
Di luar kafe, ia melihat sosok yang tidak asing. "Heru?", Antony menyadari kalau ternyata Heru selama ini mengikuti mereka. Ia pun menghampiri Heru yang tampaknya sudah menduga kalau Antony akan kemari. "Lu dari tadi ngikutin kita?" "Iya, gue udah denger semuanya tadi pas di kafe", jawab Heru sambil menurunkan kerudung jaketnya dan melepas sunglass yang ia pakai agar tidak disadari oleh Lisa dan yang lainnya. "Thanks ya, Ton lu tadi udah ngebelain gue. Lu emang terlalu baik buat gabung sama anak-anak kaya mereka." Antony merasa iba pada pemuda itu dan pada saat yang sama bertambah kesal dengan Lisa dan kawan-kawannya. "Mereka itu gue gak nyangka mereka aslinya kayak gitu.", kata Antony seraya duduk di sebelah Heru. "Yah, gue sih juga udah tahu sifat mereka itu sebenarnya gimana. Semenjak gue mulai dekat sama Mira, mereka mulai kayak sensi gitu sama gue."
"Tapi kenapa?" Heru menyenderkan kepalanya sambil melirik pada Lisa dan kawan-kawannya di kafe. "Lisa itu gak suka sama Mira. Lu tahu kan Mira sama Lisa sama-sama dicalonin jadi panitia yearbook tahun ini. Yang kepilih si Mira, dan semenjak itu si Lisa mulai gak suka sama dia dan bahkan udah beberapa kali coba ngefitnah dia. Lisa juga ngajak anak-anak IPS buat ngeboikot penyusunan yearbook tahun ini. Katanya 'lu jangan mau panitia yearbook dipimpin sama Mira, nanti pasti yang diutamain anak-anak IPA'. padahal aslinya sama sekali gak kayak gitu..." Benar saja dugaan Antony, semua permasalahan ini memang pada dasarnya bersumber dari Lisa. Tapi ia masih terkejut mendengar apa saja yang telah dilakukan Lisa selama ini. "Solidaritas mereka itu cuma semu, Ton.Solid itu bukan berarti semua harus satu keinginan tanpa pandang bulu. Kalau begitu apa bedanya pertemanan dengan memberi paksaan atau ancaman. Solid itu kalau memang teman itu mau untuk saling membantu, saling perduli dan gak pakai ancaman 'lu gak solid awas lu ya'.", ucap Heru sambil beranjak dari tempatnya.
"Heru, makasih nasihat lu...sebenarnya ada orang lain yang udah ngomong hal kayak gitu ke gue, tapi tetap aja gue hargain keperdulian lu.", ucap Antony. "Gue berasa bodoh banget, selama ini ternyata yang gue percaya sahabat itu cuma kebohongan, gue malah ninggalin orang-orang yang benar-benar tulus sama gue..." "Bagus kalau lu udah ngerti.", kata Heru sambil tersenyum seraya membalikkan badan. "Jujur Ton, lu mungkin bukan orang paling pinter soal milih teman. Tapi gue akuin lu emang orang paling solid yang pernah gue kenal." "Haha, iya Her. Gue juga senang lu gak berakhir sama kayak mereka." Antony pun memutuskan untuk beranjak juga dari tempat itu. Kali ini ia sudah tidak bimbang lagi, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan.
"Pada pesan duluan aja lu pada, gue nanti dulu!", ucap Lisa. "Hm, gue pesan capuchino aja deh, pesan apaan lu Ton?", tanya Josua. "Gue pesan kopi aja lah." "Yaelah Ton, kopi mulu lu mah, pesan yang sekali-kali kenapa." Antony hanya tersenyum mendengarnya. "Rin, lu mau apaan?" "Gue sama kayak lu aja deh, capuchino satu." Keempat remaja itu lalu mengobrol sambil menikmati pesanan mereka. Sesekali mereka tertawa, Antony hanya sesekali bicara dan biasanya hanya ikut tertawa saja. "Eh, lu pada tahu gak sih si Heru kan katanya lagi dekat ama Mira, anak kelas IPA 2. Makanya dia sekarang mulai jarang ikut kita-kita, biasa mau PDKT.", kata Ariana sambil tertawa kecil. "Hah?! Yaelah tuh bocah satu. Kayak bisa dapetin aja si Mira, hahaha!" Antony terdiam melihat perilaku teman-temannya itu. Padahal selama ini ia selalu melihat Heru, Ariana, Lisa, dan Joshua begitu akrab satu sama lain. Diantara teman-teman sekelasnya mereka berempat juga selalu menggembar - gemborkan kesolidan mereka.
"Eh, kok lu pada ngomong begitu sih soal Heru. Dia kan...", belum selesai bicara omongan Antony mendadak dipotong oleh Lisa. "Ton, denger ya, orang kayak Heru itu gak usah dibela lagi deh mendingan. Dia udah gak sejalan ama kita, so what? Orang kayak gitu yah tinggalin aja." Jawaban Lisa itu mengejutkan Antony. "Lis, parah banget lu. Biarpun harus solid bukan berarti juga si Heru harus selalu ikutin kemauan lu pada juga. Dia juga kan punya hak nentuin apa yang dia mau. Lu gak boleh gitu dong." "Eh?! Lu kok malah belain dia sih?! Lu juga mau ninggalin kita, hah?! Fine!" "Bukan begitu Lis, tapi kan..." Lisa memandang tajam Antony dan berkata, "Teman itu harus selalu solid, Ton. Keinginan dan kemauan mereka harus sama. Kalo gak mereka itu pengkhianat. Itu namanya solid." Ariana dan Josua mengangguk tanda menyetujui ucapan Lisa. Pada akhirnya Antony kalah berdebat dan cuma bisa diam mendengar "ceramah" Lisa soal sahabat dan solidaritas semu yang ia yakini sebagai apa yang betul.
Dalam hati kecilnya Antony ingin berontak tidak ia sangka semua kata-kata Lisa dan kawan-kawan soal "sahabat" selama ini cuma dilandasi oleh keegoisan dan kepicikan hati Lisa. Ia juga tidak menyangka Ariana dan Josua dengan gamblangnya menyetujui ucapan menyakitkan Lisa itu. Tidakkah mereka sadar hal itu berarti suatu hari Lisa mungkin juga akan membuang mereka dan mencari "sahabat" baru. Antony jadi teringat kata-kata Aryo di sekolah. "Jadi ini yang lu maksud, Yo? Hah gue emang bodoh selama ini...", pikir Antony dalam hatinya. Tidak berselang lama, Antony mengatakan kalau ia ingin pergi ke toilet. Tapi sebenarnya ada hal lain dalam pikirannya selain cuma sekedar buang air kecil Ia juga tahu saat meninggalkan meja, Ariana berbisik kepada Lisa dan Josua yang dilanjutkan dengan tawa cekikikan keempat remaja itu. Tanpa perlu diberi tahu Antony langsung mengerti kalau yang tengah menjadi bahan cemoohan mereka adalah dirinya.
Di luar kafe, ia melihat sosok yang tidak asing. "Heru?", Antony menyadari kalau ternyata Heru selama ini mengikuti mereka. Ia pun menghampiri Heru yang tampaknya sudah menduga kalau Antony akan kemari. "Lu dari tadi ngikutin kita?" "Iya, gue udah denger semuanya tadi pas di kafe", jawab Heru sambil menurunkan kerudung jaketnya dan melepas sunglass yang ia pakai agar tidak disadari oleh Lisa dan yang lainnya. "Thanks ya, Ton lu tadi udah ngebelain gue. Lu emang terlalu baik buat gabung sama anak-anak kaya mereka." Antony merasa iba pada pemuda itu dan pada saat yang sama bertambah kesal dengan Lisa dan kawan-kawannya. "Mereka itu gue gak nyangka mereka aslinya kayak gitu.", kata Antony seraya duduk di sebelah Heru. "Yah, gue sih juga udah tahu sifat mereka itu sebenarnya gimana. Semenjak gue mulai dekat sama Mira, mereka mulai kayak sensi gitu sama gue."
"Tapi kenapa?" Heru menyenderkan kepalanya sambil melirik pada Lisa dan kawan-kawannya di kafe. "Lisa itu gak suka sama Mira. Lu tahu kan Mira sama Lisa sama-sama dicalonin jadi panitia yearbook tahun ini. Yang kepilih si Mira, dan semenjak itu si Lisa mulai gak suka sama dia dan bahkan udah beberapa kali coba ngefitnah dia. Lisa juga ngajak anak-anak IPS buat ngeboikot penyusunan yearbook tahun ini. Katanya 'lu jangan mau panitia yearbook dipimpin sama Mira, nanti pasti yang diutamain anak-anak IPA'. padahal aslinya sama sekali gak kayak gitu..." Benar saja dugaan Antony, semua permasalahan ini memang pada dasarnya bersumber dari Lisa. Tapi ia masih terkejut mendengar apa saja yang telah dilakukan Lisa selama ini. "Solidaritas mereka itu cuma semu, Ton.Solid itu bukan berarti semua harus satu keinginan tanpa pandang bulu. Kalau begitu apa bedanya pertemanan dengan memberi paksaan atau ancaman. Solid itu kalau memang teman itu mau untuk saling membantu, saling perduli dan gak pakai ancaman 'lu gak solid awas lu ya'.", ucap Heru sambil beranjak dari tempatnya.
"Heru, makasih nasihat lu...sebenarnya ada orang lain yang udah ngomong hal kayak gitu ke gue, tapi tetap aja gue hargain keperdulian lu.", ucap Antony. "Gue berasa bodoh banget, selama ini ternyata yang gue percaya sahabat itu cuma kebohongan, gue malah ninggalin orang-orang yang benar-benar tulus sama gue..." "Bagus kalau lu udah ngerti.", kata Heru sambil tersenyum seraya membalikkan badan. "Jujur Ton, lu mungkin bukan orang paling pinter soal milih teman. Tapi gue akuin lu emang orang paling solid yang pernah gue kenal." "Haha, iya Her. Gue juga senang lu gak berakhir sama kayak mereka." Antony pun memutuskan untuk beranjak juga dari tempat itu. Kali ini ia sudah tidak bimbang lagi, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan.
******
Rani dan Aryo masih berkutat dengan tugas kelompok mereka, yang sedang mereka kerjakan di rumah Rani. "Hm, repot juga yah kalo gak ada Antony. Tugasnya lebih ribet dari yang gue kira." Aryo diam saja mendengar ucapan Rani, sebenarnya dalam hati ia juga setuju dengan hal tersebut. Namun egonya berusaha keras menentang itu, sampai tiba-tiba pintu rumah Rani diketuk. "Sori Ran, Yo, gue...telat ya.", ucap Antony dengan malu-malu. Rani pun tersenyum, "Gak kok, Ton. Lu dateng tepat waktu malah. Iya gak, Yo?" "Heh, iya-iya...", Aryo mencoba pura-pura membuang muka, padahal sebenarnya ia juga senang melihat datangnya temannya tersebut. "Ah, maaf Yo, gue tahu tadi gue salah, gue harusmya..." "Udah duduk, kalau lu punya waktu buat minta maaf, lu aturan punya waktu buat ngerjain nih tugas", potong Aryo dengan nada galak. "Ah, i..iya!", Antony segera duduk bersama kedua temannya itu. Rani hanya tersenyum menyaksikan kelakuan dua sahabanya. Ketiga sahabat itu mungkin tidak nongkrong di kafe atau melakukan hal-hal "keren" seperti Lisa dan kawan-kawan, tapi kesolidan mereka bukanlah sebuah persahabatan semu dan seperti yang kini Antony pahami, itu jauh lebih bermakna.
No comments:
Post a Comment