KOLONIALISME BELANDA - SEBUAH 2 MATA KOIN

Selama bertahun-tahun kita pasti sudah sering belajar mengenai bagaimana sejarah Indonesia yang pernah merasakan kehidupan di bawah kolonialisme Belanda. Selama 350 tahun, negara Eropa tersebut menguasai negara kita dan mengambil hasil bumi kita. Buku-buku sejarah kita seringkali menggambarkan bagaimana Belanda adalah sekumpulan penjajah yang kejam, dan heroisme para pahlawan nasional kita yang bangkit melawan penjajahan mereka. Tapi ternyata di balik itu semua, penjajahan tersebut ternyata memiliki dampak yang biarpun agak sulit dicerna pikiran kita. bersifat "positif" (seara tidak langsung tentunya). Sesuatu yang sangat jarang atau tak pernah terpikirkan oleh kebanyakan orang.

Pertama-tama saya sendiri tidak menyangkal fakta bahwa memang betul Belanda melakukan penindasan terhadap rakyat Indonesia pada masa lalu, dan memang betul biar bagaimanapun para pahlawan nasional kita berjasa membebaskan negara kita dari penjajahan. Tetapi sekali ini, mengapa kita tidak mencoba untuk melihat dampak dari kolonialisme tersebut dari sisi yang berbeda. Saya sendiri pun aslinya juga tak terpikirkan tentang adanya hal positif yang bisa kita dapat dari kolonialisme, namun pemikiran salah satu teman saya baru-baru ini agaknya sedikit merubah pandangan saya.

PERMULAAN YANG MENENTUKAN TAKDIR

 

Sejarah Indonesia telah ditakdirkan untuk terikat dengan Belanda semenjak datangnya, Cornelis de Houtman ke pulau Banten pada tahun 1600-an. Peristiwa itu memang bukan pertama kalinya bangsa Indonesia berhadapan dengan bangsa Eropa, karena sebelumnya Portugis memang telah lebih dulu singgah dan menancapkan bendera kekuasaan mereka atas beberapa daerah di Indonesia. Namun kekayaan alam Indonesia begitu memikat Belanda, khususnya serikat dagang mereka VOC yang kemudian diberikan hak khusus untuk memonopoli perdagangan di wilayah Indonesia. Kelanjutannya, saya rasa anda sudah sering mendengarnya atau membacanya saat pelajaran sejarah di kelas bukan? Perlawanan balik, adu domba, dan pertarungan dalam menentukan siapa yang berkuasa atas tanah Nusantara.

Sejauh ini buku sejarah anda benar, tetapi satu detil yang seringkali dilupakan adalah, secara praktek yang melaksanakan monopoli perdagangan dan lain sebagainya sampai tahun 1800-an adalah VOC sebagai serikat dagang, bukan Belanda sebagai sebuah negara secara langsung. Tapi itu semua akan segera berubah.

ERA KEBANGKITAN DAN PERMULAAN BARU

Memasuki era 1800-an, Belanda dikuasai oleh Prancis dibawah pimpinan Napoleon. Kondisi tersebut membuat mereka menyerahkan kekuasaan Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda kepada Inggris. Kini Indonesia berada di bawah kekuasaan Thomas Raffles. Hindia Belanda di bawah kekuasaan Raffles memulai suatu era baru dimana untuk pertama kalinya rakyat Indonesia dikenalkan pada sistem sewa tanah dan mata uang, sesuatu yang masih sangat asing dimata rakyat Indonesia sebelumnya sehingga kebijakan pajak sewa tanah ini mengalami kegagalan saat pertama kali diterapkan. Tetapi hal ini setidaknya memberikan pemahaman kepada rakyat Indonesia mengenai hukum tanah dan hak kepemilikan yang sebelumnya sering menjadi persengketaan atau sulit ditentukan. Sistem hukum pun mengalami perubahan, dari yang sebelumnya bersifat rasis kini didasarkan pada besar kecilnya kesalahan sebagaimana layaknya pengadilan modern.

BUDI UTOMO

Pada era selanjutnya, Belanda kembali mengambil alih kekuasaan atas Hindia Belanda dari Inggris. Namun kembali sebuah perubahan terjadi, melalui tangan Douwes Dekker yang menuliskan tentang bagaimana perlakuan buruk yang diterima bangsa Indonesia oleh Belanda,. Buku yang ditulis Dekker, mendorong pemerintah Belanda untuk menerapkan sistem baru yang disebut politik etis yang memperbolehkan rakyat untuk mendapatkan hak-hak hidup yang dasar. Kelak ini akan memicu lahirnya organisasi nasional pertama di Indonesia, Budi Utomo, yang menjadi pelopor pergerakan nasional di masa depan. Kebijakan Belanda yang memperbolehkan rakyat dari kalangan terhormat untuk mengeyam pendidikan juga membuka pemikiran mereka, hal ini menjadi awal bagi bangsa Indonesia untuk melawan kolonialisme bukan dengan mengangkat senjata tapi dengan kemampuan berdiplomasi, sesuatu yang sebelumnya tidak dipahami oleh bangsa kita. Dan kelak hal ini akan sangat berguna manakala Indonesia berhadapan dengan Jepang, agresi Belanda, dan berbagai situasi politik luar negeri yang kelak akan dihadapinya. Kesempatan untuk menuntut ilmu dari luar telah menjadi perubahan terbesar yang dialami Indonesia dan menjadi sebuah permulaan baru.

"BAGAIMANA BILA ITU TAK PERNAH TERJADI?" - KESIMPULAN

 

Pertanyaan yang sulit, jujur saja saya sendiri pun ragu bagaimana menjawabnya dengan tepat. Di satu sisi ribuan nyawa penduduk yang tewas akibat penindasan kolonial terutama pada saat tanam paksa dan kelak ketika agresi Belanda, dapat dihindari dan tak akan pernah terjadi. Segala memori kelam dan sejarah menyedihkan dari masa lalu juga tidak akan pernah terjadi. Tetapi sebagai konsekuensinya apakah bangsa kita memang sungguh dapat berdiri sendiri dan mencapai kemajuannya tanpa "tuntunan" pihak luar? Mampukah bangsa kita bisa berubah dan bersatu tanpa adanya sedikit "dorongan" dari luar? 

Berandai-andai seperti ini memang bukan tindakan yang bijak. Tapi dalam semua kisah sejarah, tidak hanya ada warna putih dan hitam, terkadang ada warna abu-abu yang sulit kita pahami apakah hal tersebut baik atau tidak. Aneh memang bila kita pikir, kolonialisme memang berdampak buruk secara garis besar, tetapi ironisnya tanpa kolonialisme itu mungkin Indonesia seperti yang kita kenal sekarang belum tentu bisa berdiri seperti sekarang....